Leicester City Football Club, sebuah klub yang dulunya hanya dianggap sebagai klub medioker di Liga Inggris, mencatatkan salah satu kisah terbesar dalam sejarah sepak bola dunia. Pada musim 2015-2016, klub ini mengejutkan dunia dengan menjuarai Premier League, sebuah prestasi yang dianggap sebagai keajaiban di dunia sepak bola modern. Di balik pencapaian ini adalah King Power Group, perusahaan asal Thailand yang mengambil alih Leicester City pada 2010, dengan pemilik Vichai Srivaddhanaprabha. Kepemimpinan King Power Group telah membawa transformasi besar pada Leicester, mengubah mereka dari tim yang biasa-biasa saja menjadi juara Premier League dan peserta reguler di kompetisi Eropa.
Pada tahun 2010, Leicester City sedang berjuang di Championship, divisi kedua sepak bola Inggris. King Power Group, yang dipimpin oleh Vichai Srivaddhanaprabha, membeli klub ini dengan visi jangka panjang untuk membawanya kembali ke Premier League dan bersaing di papan atas. Pada awalnya, keputusan ini dipandang dengan skeptisisme oleh banyak orang. Klub-klub besar seperti Manchester United, Arsenal, dan Chelsea mendominasi Premier League dengan sumber daya finansial yang jauh lebih besar, sementara Leicester, dengan sejarah prestasi yang relatif terbatas, tampak seperti tim yang tidak mungkin bersaing di tingkat tertinggi.
Namun, Vichai Srivaddhanaprabha, seorang pengusaha sukses dengan visi bisnis yang tajam, memahami pentingnya stabilitas, kerja keras, dan komitmen jangka panjang. Di bawah kepemilikannya, Leicester City menjalani restrukturisasi manajerial yang kuat dan fokus pada investasi yang cerdas di lapangan. Salah satu langkah penting adalah perekrutan Claudio Ranieri sebagai manajer pada 2015, keputusan yang awalnya juga diragukan oleh banyak pengamat. Namun, Ranieri dengan cepat membuktikan bahwa skeptisisme tersebut salah.
Musim 2015-2016 menjadi titik balik yang mengubah Leicester City selamanya. Klub ini memulai musim dengan harapan hanya bertahan di Premier League, namun seiring berjalannya waktu, mereka mulai mendominasi liga dengan gaya permainan yang cepat dan efektif. Pemain seperti Jamie Vardy, Riyad Mahrez, dan N’Golo Kanté tampil sebagai bintang, memainkan peran penting dalam membawa Leicester ke puncak klasemen. Vardy, seorang striker yang dulunya bermain di liga-liga bawah, menjadi ikon global dengan mencetak rekor 11 gol beruntun di Premier League. Mahrez dan Kanté, dua pemain yang awalnya kurang dikenal, berkembang menjadi salah satu gelandang dan penyerang terbaik di dunia.
Keberhasilan Leicester menjuarai Premier League pada 2016 bukan hanya kejutan terbesar dalam sejarah sepak bola Inggris, tetapi juga salah satu kisah paling inspiratif dalam olahraga global. Leicester menjadi simbol dari kerja keras, dedikasi, dan semangat tim yang tak kenal menyerah. Ini adalah kisah klub yang mengalahkan raksasa-raksasa Premier League dengan anggaran yang jauh lebih besar, menunjukkan bahwa dalam sepak bola, segala sesuatu mungkin terjadi. Ranieri, yang dikenal dengan karakternya yang ramah dan rendah hati, memimpin tim dengan kecerdikan taktik yang luar biasa, mengelola para pemain secara brilian dan memanfaatkan kekuatan kolektif tim.
Selain keberhasilan di lapangan, King Power Group juga memberikan kontribusi besar di luar lapangan. Vichai Srivaddhanaprabha sangat dicintai oleh para penggemar Leicester karena hubungannya yang erat dengan komunitas lokal. Dia dikenal sebagai Situs slot gacor resmi terpercaya sosok yang rendah hati dan dermawan, sering kali berinteraksi dengan para pendukung klub dan berkontribusi dalam berbagai kegiatan amal di kota Leicester. Pada 2018, dunia sepak bola berduka ketika Vichai tewas dalam kecelakaan helikopter tragis di luar Stadion King Power, tepat setelah pertandingan Leicester. Kepergiannya meninggalkan luka mendalam bagi klub dan para penggemarnya, tetapi warisan yang ia tinggalkan terus menginspirasi klub untuk tetap maju.
Putra Vichai, Aiyawatt Srivaddhanaprabha, mengambil alih kepemimpinan setelah kematian ayahnya, dan di bawah bimbingannya, Leicester terus menunjukkan stabilitas dan ambisi. Klub ini tidak hanya puas dengan pencapaian Premier League, tetapi juga terus bersaing di papan atas. Leicester berhasil lolos ke Liga Champions pada musim 2016-2017, mencapai perempat final, dan secara konsisten berada di posisi enam besar Premier League dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2021, Leicester memenangkan Piala FA untuk pertama kalinya dalam sejarah klub, menambah koleksi prestasi mereka.
Keberhasilan Leicester City di bawah kepemilikan King Power Group bukan hanya tentang trofi, tetapi juga tentang transformasi klub menjadi entitas yang sehat secara finansial dan kompetitif di tingkat tertinggi. Mereka telah membangun akademi pemain muda yang kuat dan terus berinvestasi dalam infrastruktur klub, termasuk memperluas Stadion King Power. Dengan strategi rekrutmen yang cerdas dan kebijakan keuangan yang bijaksana, Leicester telah membuktikan bahwa mereka mampu bersaing dengan klub-klub yang lebih kaya dan mapan.
Dalam retrospeksi, kisah Leicester City di bawah King Power Group adalah salah satu kisah paling inspiratif dalam sejarah sepak bola. Dengan investasi yang tepat, manajemen yang efisien, dan semangat kolektif, Leicester telah membuktikan bahwa mereka adalah kekuatan yang patut diperhitungkan, tidak hanya di Inggris tetapi juga di Eropa. Keajaiban Premier League 2016 mungkin akan selalu diingat sebagai salah satu momen terbesar dalam sejarah olahraga, tetapi bagi Leicester City, itu hanyalah permulaan dari ambisi mereka untuk terus bersinar di panggung sepak bola dunia.